Senin, 05 Maret 2012

Hal yang paling menyenangkan dan kurang menyenangkan


Hal yang paling menyenangkan bagi saya saat di mata kuliah bahasa Indonesia, adalah ketika Ibu Isna memberikan tugas membuat sebuah blog dan mengisi blog tersebut dengan tugas materi yang telah diberikan kepada saya. Mengapa hal ini menyenangkan bagi saya karena hal itu dapat membuat saya yang awalnya saya tidak bisa membuat blog dan sekarang saya bisa membuat blog, selain itu juga tugas tersebut dapat menghemat biaya dan saat mengerjakan tugas menjadi lebih menyenangkan.
Hal yang kurang menyenangkan bagi saya di mata kuliah bahasa Indonesia, adalah ketika Ibu Isna memberikan tugas saat di kelas membuat sebuah karangan. Karena sejujurnya saya kurang menyukai membuat sebuah karangan, namun saya mengerti bahwa ada manfaat yang saya peroleh dari tugas mengarang tersebut, yaitu membuat saya menjadi lebih mahir membuat karangan. Oleh karena itu walaupun saya kurang menyukai membuat sebuah karangan, saya harus bisa membuat sebuah karangan itu sendiri dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Isna yang telah mengajarkan saya banyak hal terutama di bidang mata kuliah bahasa Indonesia.

Sabtu, 03 Maret 2012

bisnis WAZZUB



info4.png 


A. TAHUKAH ANDA ?


Perusahaan semacam Google, Yahoo!, Twitter dan Facebook menjadi besar karena dibayar dari aktivitas penggunanya, baik dalam aktivitas pencarian (searching), jejaring sosial maupun kirim email? Sekarang berapa pernah Anda dibayar mereka untuk aktivitas tersebut?

Sekarang telah hadir sebuah layanan jejaringan sosial yang sanggup memberi keuntungan bagi usernya, dan inilah yang akan saya bahas lebih dalam di sini.

WAZZUB  adalah sebuah perusahaan raksasa yang lahir 2007 lalu dan siap menjadi pesaing kuat perusahaan semacam Google, Twitter, Facebook dan Yahoo! Kami secara fenomenal merevolusi hal-hal yang mereka lakukan, sehingga Andalah yang akan kami bayar sampai US$3.950 setiap bulan dari kegiatan semacam itu, secara terus menerus tanpa aktivitas apapun lagi!

Wazzub  sanggup membayar Anda, yang mau membangun jaringan WAZZUB mulai sekarang sampai sebelum batas waktu 1 April 2012, seumur hidup tanpa harus mengeluarkan 1 dolar pun untuk mendaftar dan mengikutinya.

Cepat daftar gratis dan ajak teman yang lain untuk mengikuti sebagai jaringan Anda, dengan cara seperti yang saya lakukan ini.
Cepat sebelum tutup 1 April 2012 nanti !
Anda yang nanti menjadi generasi pertama dan merupakan bagian dari perintisan "THE KINGDOM OF WAZZUB FAMILY" akan kami kirimi sampai US$3.950 setiap bulan melalui chek ataupun transfer antar bank (bank wire).




B. PERLU DI INGAT..!!



1) 1 Januari 2012 Pre Launch – Mulai Membangun Kekaisaran sobat Sekarang, sampai 31 Maret 2012. Jangan Ketinggalan...!!!

2) 31 Maret 2012 – Jika sobat belum bergabung, maka sobat mungkin akan menyesali ini untuk sisa hidup sobat.

3) 1 April 2012 Peluncuran Beta.

4) 1 Juli 2012 Peluncuran Lengkapnya.

5) Pembayaran Pertama 15 Mei 2012 untuk bulan April!

6) Buruan Daftar atau Join  Sekarang juga. Sebelum teman anda mendahului, lebih baik anda yang merekrut teman anda.



C. CARA KERJA WAZZUB:


Bagaimana Anda bisa memperoleh minimal US$ 3.950/bulan sebagai karyawan freelance kami?

1. Daftar selamanya Gratis Sekarang juga...!!! 
Kami menjamin tidak ada upgrade member, jadi tak 1 Dollar pun kami minta dari Anda.

2. Promosikan URL WAZZUB Anda ke seluruh dunia dan rekrut sebanyak mungkin, minimal 5 orang member pertama untuk sekarang juga tak mengapa!

3. Mintalah member pertama melakukan hal yang sama seperti yang Anda lakukan...!!!

4. Bangunlah jaringan Anda sampai kedalaman 5 kaki, dari setiap 5 member pertama Anda.

5. Karena GRATIS TANPA BIAYA UPGRADE, kami yakin Anda bisa dan beginilah nanti "istana WAZZUB" Anda:


» 1st. Generation 5x$1.00=$5.00

» 2nd. Generation 25x$1.00=$25.00

» 3rd. Generation 125x$1.00=$125.00

» 4th. Generation 625x$1.00=$625.00

» 5th. Generation 3125x$1.00=$3,125.00


Jadi kesimpulannya Passive Income Anda yang kami bayarkan = US$3,905.00 setiap bulan tanpa melakukan apapun, berbeda dengan apa yang selama ini Anda lakukan dengan internet setiap hari.

6. Kami kirim bayaran Anda setiap bulan melalui chek atau transfer antar bank (bank wire).

7. gimana gak percaya! coba buka webnya, sekarang lagi rame2nya ne hehe...!



D. BAGAIMANA WAAZUB MEMBAYAR KITA?


Saat ini Wazzub belum launching website utamanya, dimana pada 9 April 2012 nanti mereka akan launching website yang menampilan iklan dan layanan khusus mereka, dimana mereka mengatakan akan sama layanannya dengan facebook, google, AOL dan Yahoo. Nah perbedaannya kalau situs seperti facebook, keuntungannya hanya untuk mereka sendiri (pihak perusahaan) sementara Wazzub akan membagikan keuntungannya dengan para membernya.


E. KAPAN WAZZUB MULAI MEMBAYAR ?



Wazzub akan membayar membernya tiap bulan. Pembayaran yang pertama akan dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 untuk pembayaran bulan April. Pembayaran akan dilakukan dengan metode online (paypal/LR/dll) dan metode cek.



F. APAKAH ANDA RAGU ?



"Saya tidak yakin Wazzub membayar, paling juga Wazzub SCAM"

Ya, pernyataan yang sama juga ane lontarkan seperti itu. Takutnya Wazzub SCAM! namun karena ane lihat di dunia maya sedang membicarakan website ini, akhirnya ane tepis pemikiran itu dengan alasan tidak ada salahnya mencoba, toh gratis ini dan tidak ada yang dirugikan. Betul kan sob? Nah jika ingin mencoba peruntungan bersama Wazzub ini, silahkan sobat bergabung dengan masuk ke sini . Isi form sesuai data anda lalu klik join, konfirmasi lewat email yang anda daftarkan tadi, selesai.



G. CARA PROMOSI DAN CEK MEMBER



KALO SUDAH FERIFIKASI LEWAT EMAIL, TERUS LOGIN.. NANTI ADA PEMBERITAHUAN KAYAK GINI:

Welcome back to your WAZZUB members area!
Your personal reflink is:

http://signup.wazzub.info/?lrRef=c5baf308

NAH LINK INI ADALAH IDENTITAS SAYA. AGAN AKAN DAPAT KODE LINK SEPERTI INI, MASING-MASING MEMBER BERBEDA KODE LINKNYA. TERUS TINGGAL DIIKLANIN LINK TERSEBUT KAYAK YANG SAYA LAKUKAN INI, ATAU JIKA ANDA TIDAK MAU REPOT-REPOT SILAHKAN COPAS POSTINGAN INI.

CARA MELIHAT MEMBER NAMBAH APA BELUM LIHAT DI KOLOM SEBELAH KANAN "TENTUNYA LOGIN DULU KE WAZZUB.. NANTI ADA TULISAN (YOUR FACTOR)
KALO MASIH BARU TENTU SAJA NOL, UNTUK MEMPERCEPAT MENDAPAT KAKI YA HARUS PROMOSIKAN LINK WAZZUB ANDA DENGAN CARA YANG BISA MENARIK MINAT CALON MEMBER DALAM HAL INI PASTINYA DITUJUKAN BUAT PEMBACA ARTIKEL INI.
Sekian dan Terima kasih.

Kamis, 01 Maret 2012

PENDIDIKAN PRA NIKAH



Latar Belakang

Pendidikan pra nikah dalam situasi dan kondisi anak muda jaman sekarang itu sangat penting dalam pemberian materi pendidikan pra nikah,
Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk tidak tergesa-gesa dalam segala tindakannya. Akan tetapi, ada sesuatu yang justru Islam menganjurkan untuk bersegera dilakukan. Setidaknya ada lima perkara: mengubur jenazah, membayar hutang, menghidangkan jamuan untuk musafir yang berkunjung, bertaubat, dan menikah.
Sudah merupakan fitrah manusia untuk mencintai lawan jenis, baik pria maupun wanita. Allah sendiri berfirman dalam surat Ali Imran “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan –perempuan, anak-anak, …” Islam sebagai agama yang haq dan sempurna sudah tentu mempunyai koridor dan batasan bagaimana me-manage rasa cinta kepada lawan jenis. Dan satu-satunya solusi yang ditawarkan adalah melalui ikatan suci pernikahan. Bahkan kedudukan nikah dijelaskan oleh Rasulullah SAW “Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (HR. Thabrani dan Hakim).
Menikah terlihat mudah, tetapi sebenarnya urusan ini cukup pelik dan menuntut perhatian yang lebih. Perlu banyak bekal untuk menuju ke sana. Ambilah contoh betapa rumitnya ketika membuat sebuah rumah hunian. Membangunnya dibutuhkan perencanaan yang matang mulai dari pemilihan lokasi, bentuk bangunan, material yang digunakan, estimasi anggaran, sampai rincian lainnya. Hal tersebut dilakukan agar rumah yang dihasilkan adalah bangunan yang kokoh dan bagus. Jika membangun rumah yang notabene adalah untuk tujuan dunia perlu perencanaan yang baik, maka untuk membangun rumah tangga tentunya akan lebih membutuhkan persiapan yang benar-benar matang. Karena rumah tangga ini harapannya tidak hanya untuk tujuan dunia tetapi juga di akhirat kelak.
Jika umur umat Islam adalah 60 – 70 tahun, sesuai sabda Rasulullah SAW, “Umur umatku adalah antara 60 tahun hingga 70 tahun” dan menurut statistik, rata-rata usia menikah penduduk Indonesia adalah pada usia 25 – 27 tahun, berarti sesorang akan mengarungi kehidupan berumah tangga selama sekitar 35 tahun atau dengan kata lain separuh lebih usia hidup di dunia akan dihabiskan dengan orang baru yaitu istri atau suami. Bisa dibayangkan ketika salah perhitungan dalam perencanaan rumah tangga, masa depan suram akan menunggu di depan mata, baik di dunia lebih-lebih di akhirat.

Rumusan Masalah
  1. Tujuan pernikahan dalam pandangan Islam
  2. Kurikulum pendidikan pra-nikah
  3. Pendidikan pra-nikah bagi remaja
  4. Manfaat melakukan tes keseatan sebelum nikah

Tujuan
  1. Untuk lebih mengetahui pendidikan pra-nikah
  2. Menambah ilmu dalam materi pendidikan pra-nikah dalam islam



Pentingnya Pendidikan Pra Nikah di Bangku Kuliah

I.      Kejayaan Islam terwujud melalui pernikahan.
Salah satu tujuan pernikahan di samping beribadah kepada Allah SWT serta tempat menyalurkan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan) yang halal, juga bertujuan untuk mempunyai keturunan. Pernikahan yang berkualitas akan menghasilkan keturunan yang qualified pula. Psikolog Abigael Wohing Ati memaparkan yang dimaksud pernikahan berkualitas adalah kondisi di mana dengan pernikahan dapat menghasilkan kebahagiaan, keseuaian serta kestabilan pernikahan. Sedangkan tingkat kualitas pernikahan sendiri dipengaruhi oleh faktor seperti komposisi optimal keluarga, siklus kehidupan keluarga, kelayakan sosioekonomi dan kesesuaian peran, faktor sumber daya sosial dan pribadi suami istri bahkan oleh kondisi pranikah. Menyinggung sedikit mengenai kondisi pranikah, penelitian yang dilakukan Fakultas Psikologi Undip Semarang, menyimpulkan bahwa kualitas pernikahan pasangan yang tidak membina hubungan sebelum nikah (pacaran) adalah lebih tinggi dibanding pasutri yang melakukan pacaran sebelum menikah.
Dalam Islam sendiri, pernikahan berkualitas akan diukur dari proses pra, pas, dan pasca nikah. Bagaimana seseorang memulai proses dari mencari calon istri atau suami hingga sampai aqad nikah dan pasca nikah akan mempunyai keturunan, kesemuanya itu dibalut dalam syariat yang jelas. Sehingga harapannya ketika mempunyai keturunan, adalah anak yang sholeh dan sholehah, bisa memberikan kebermanfaatan untuk umat.
Seperti contoh Umar bin Abdul Aziz. Salah seorang tokoh besar dalam sejarah Islam, sampai-sampai ahli sejarah Islam menjuluki beliau sebagai Khulafaur Rasyidin kelima setelah Abu Bakar ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Gelar tersebut dirasa pantas mengingat prestasi yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz semasa menjadi khalifah pada era Dinasti Umayyah. Beliau berhasil mengembalikan stabilitas negara sama seperti pada masa Khulafaur Rasyidin. Dikisahkan pada saat itu tidak ada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat. Kondisi tersebut tercapai hanya dalam tempo sekitar tiga tahun pemerintahan.
Jika menelusuri silsilah Umar bin Abdul Aziz maka dapat dilihat bahwa beliau lahir dari pasangan pernikahan yang luar biasa. Kisah diawali ketika suatu malam Sahabat Umar bin Khattab yang saat itu menjadi Khalifah sedang berkeliling melihat kondisi rakyatnya, tidak sengaja mendengarkan percakapan Ibu dan anak. Si Ibu menyuruh menambahkan air pada susu agar terlihat banyak, tetapi sang anak menolak. Umar bin Khattab kagum lalu singkat cerita si anak perempuan tadi yang bernama Ummu Ammarah binti Sufyan bin Abdullah bin Rabi’ah Ats-Tsaqafi dinikahkan dengan salah satu putranya yang bernama Ashim. Dari pernikahan tersebut lahirlah gadis bernama Laila atau lebih dikenal Ummu Ashim. Ummu Ashim seorang wanita yang shalihah lalu menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan seorang gubernur Bani Marwan. Dari pernikahan suci inilah lahir seorang lelaki bernama Umar bin Abdul Aziz. Sang pemimpin umat Islam.

II. Kurikulum Pendidikan Pra Nikah
Keluarga memang menjadi tempat paling penting dalam penanaman ilmu keIslaman. Karena di sinilah anak akan belajar untuk pertama kalinya sebelum memperoleh ilmu dari luar lingkungan keluarga. Kerjasama yang baik antara Ayah dan Ibu sangat vital dalam proses tumbuh kembang anak. Akan tetapi, peran keluarga sebagai insititusi pendidikan non formal juga harus mendapat dukungan dari institusi pendidikan formal mulai dari dasar hingga tingkat lanjut. Seperti dijelaskan di awal, bahwa pernikahan adalah hal rumit dan ini harus dipaparkan dengan gamblang dari yang bersifat umum hingga mendetil bagaimana Islam mengatur hal tersebut. Mungkin ada permasalahan yang orangtua belum bisa menyampaikan dan harus disampaikan oleh yang lebih ahli dan berilmu.
Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan formal, lebih-lebih perguruan tinggi Islam harus mengambil peran tersebut. Sebagai perguruan tinggi, tentunya institusi mempunyai tujuan agar para lulusannya bisa meniti karir dengan sukses. Kurikulum dan segala perangkatnya akan didesain sedemikian baik untuk menunjang harapan tersebut. Kondisi terbalik ketika berbicara masalah keIslaman, utamanya pada institusi pendidikan Islam, penyampaian ilmu agama termasuk diantaranya munakahat kurang mendapat perhatian lebih. Ini bisa dilihat dari porsi belajarnya yang relatif kecil. Sangat disayangkan jika para mahasiswa harus mencari ilmu agama di luar kampus, padahal dalam kesehariannya mereka menuntut ilmu di kampus yang berbasis agama. Sudah sepatutnya kondisi paradoks tersebut segera disikapi.
Padahal, kedudukan ilmu pengetahuan tentang membina rumah tangga yang Islami mempunyai andil yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Apalah arti karir sukses jika di level rumah tangga hancur berantakan karena tidak tahu bagaimana membinanya dalam bingkai Islam? Bagaimana dia akan bisa menjadi manajer yang baik di perusahaan jika di rumah dia gagal membina istri dan anak? Lebih menderita karena kegagalan membina rumah, membina anak, akan berimbas pada nasib manusia di akhirat nanti. Dan rasanya kurikulum pendidikan pra nikah lebih urgent serta layak diberikan ketimbang sekedar menyampaikan pendidikan seks kepada remaja.
Maka cukuplah Rasulullah SAW menjadi suri tauladan. Beliau adalah seorang pemimpin negara, pebisnis sukses, panglima perang yang gagah berani, tetapi beliau juga adalah seorang suami yang baik, dan ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya. Baik di dalam maupun luar rumah beliau tetap menjadi idola.

III. Pendidikan Pra Nikah Bagi Remaja
Dalam situasi global saat ini dimana akses media dan informasi sangat deras dan tidak terbendung maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku pada remaja baik berupa perilaku positif maupun negatif. Hal tersebut disampaikam Bupati Kutai Kartanegara dalam sambutannya yang dibacakan Assisten IV Bidang Kesejahteraan dan Humas Bahrul S.Sos MM pada acara pembukaan pendidikan pra nikah bagi remaja dalam usaha menuju keluarga sakinah yang diadakan bagian Kesra Kabupaten Kukar, Senin (27/6) di Pendopo Bupati Kukar.
Lebih lanjut dikatakan Bahrul, remaja dengan karakteristik fisik dan psikologis yang spesifik merupakan kelompok usia yang cenderung rentan memiliki beragam permasalahan yang harus dihadapi dengan pendekatan khusus. “Kematangan biologis pada usia remaja dalam arti kematangan alat-alat reproduksi diikuti dengan ketertarikan dengan lawan jenis seringkari tidak disertai dengan kematangan psikologis,” Tambah Bahrul.
Selanjutnya, Bahrul juga mengingatkan supaya informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka atau dari narasumber yang berkompeten di bidangnya. “Oleh karena itulah perlu diadakan pendidikan pranikah bagi remaja, seperti yang sedang kita lakukan sekarang ini,” pesan Bahrul.
Disadari atau tidak, untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia memerlukan pendidikan, bimbingan dan nasihat baik sebelum melangsungkan pernikahan maupun setelah berumah tangga.
Peserta yang mengikuti kegiatan seminar pendidikan pra nikah bagi remaja dalam usaha menuju keluarga sakinah itu sendiri terdiri dari para pelajar SMA/SMK/MA dan sederajat serta dari Akbid Kutai Husada dan beberapa Mahasiswa dari Universitas Kutai Kartanegara. Sedangkan yang menjadi narasumber Dokter J.N Adam dari Puskesmas Rapak Mahang, serta Perwakilan dari Korwil Departemen Agama Kalimantan Timur.

IV.  Manfaat melakukan  tes kesehatan sebelum menikah
Semua tergantung dari niat dan tujuan akhir kita semua (calon pasangan suami isteri) untuk melakukan pernikahan itu apa? Jadi harus jelas, tegas dan mengikuti aturan agama. Seorang calon pengantin perempuan telah membuat persiapan dengan matang, dan langsung ditanyakan dengan dokter karena menyangkut kesehatn.
Pemeriksaan kesehatan yang dianjurkan untuk pasangan yang akan menikah adalah pemeriksaan kesehatan secara umum, termasuk penyakit menular seksual dan talasemia. Jangan lupa pada ruang konsultasi ini juga berkali-kali dianjurkan untuk pemeriksaan HIV pada ibu hamil karena sekarang tersedia cara pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya.
Sebelum menikah juga perlu vaksinasi tetanus pada calon pengantin perempuan. Di samping itu, jangan lupa apakah Anda telah pernah menjalani vaksinasi rubella (campak jerman). Vaksinasi ini penting pada perempuan muda karena dapat mencegah terjadinya rubella kongenital pada bayi yang akan lahir. Seperti diketahui, bayi yang mengalami rubella kongenital dapat mengalami cacat bahkan kematian.
Komunikasi antara suami dan istri amat penting. Sering kali kita merasa komunikasi adalah masalah ringan dan sebagian orang beranggapan telah menguasainya. Sekarang semakin disadari keterampilan komunikasi amatlah penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan rumah tangga. Di rumah tangga perlu komunikasi yang baik antara suami dan istri, ayah atau ibu dengan anak. Juga komunikasi dengan penghuni lain di rumah. Acapkali kurang komunikasi atau komunikasi yang tak baik dalam rumah tangga menyebabkan pertengkaran bahkan perceraian.

V. Kaum Laki-Laki(Suami) Adalah Pemimpin Bagi Kaum Wanita(Istri)
Membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis memang menjadi dambaan. Namun tentu saja untuk mencapainya bukan persoalan mudah. Butuh kesiapan dalam banyak hal terutama dari sisi ilmu agama. Sesuatu yang mesti dipunyai seorang istri, terlebih sang suami.
Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa menikah berarti menjalani hidup baru. Karena dalam kehidupan pasca-pernikahan memang dijumpai banyak hal yang sebelumnya tidak didapatkan saat melajang. Tentunya semua itu bisa dirasakan oleh mereka yang telah membangun mahligai rumah tangga.
Pernikahan juga merupakan kehidupan orang dewasa. Sebab, banyak hal yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan pikiran orang yang dewasa, bukan dengan pikiran kanak-kanak. Masalah hubungan suami-istri, pendidikan anak, ekonomi keluarga, hubungan kemasyarakatan, dan lain sebagainya, mau tidak mau akan hadir dalam kehidupan mereka yang telah berkeluarga.

Maka, tidak salah pula bila dikatakan untuk menikah itu butuh ilmu syar‘i, baik pihak istri maupun pihak suami sebagai qawwam (pemimpin) bagi keluarganya. Karena dengan ilmu yang disertai amalan, akan tegak segala urusan dan akan lurus jalan kehidupan. Namun sangat disayangkan, sisi yang satu ini sering luput dari persiapan dan sering terabaikan, baik sebelum pernikahan terlebih lagi pasca-pernikahan.

  1. Pendidikan Keluarga
Allah berfirman:
“Kaum laki-laki (suami) adalah qawwam bagi kaum wanita (istri).” (an-Nisa’: 34)
Salah satu tugas suami sebagai qawwam adalah memberikan pendidikan agama kepada istri dan anak-anaknya, meluruskan mereka dari penyimpangan, serta mengenalkan mereka kepada kebenaran. Karena Allah SAW telah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (at-Tahrim: 6)
            Menjaga keluarga yang dimaksud dalam butiran ayat yang mulia ini adalah dengan cara mendidik, mengajari, memerintahkan mereka, dan membantu mereka untuk bertakwa kepada Allah l, serta melarang mereka dari bermaksiat kepada-Nya. Seorang suami wajib mengajari keluarganya tentang perkara yang di-fardhu-kan oleh Allah SWT. Bila ia mendapati mereka berbuat maksiat segera dinasihati dan diperingatkan. (Tafsir ath-Thabari, 28/166, Ruhul Ma‘ani, 28/156)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di t berkata, “Menjaga jiwa dari api neraka bisa dilakukan dengan mengharuskan jiwa tersebut untuk berpegang dengan perintah Allah SWT, melaksanakan apa yang diperintahkan, menjauhi apa yang dilarang, serta bertaubat dari perkara yang mendatangkan murka dan azab-Nya. Di samping itu, menjaga istri dan anak-anak dilakukan dengan cara mendidik dan mengajari mereka, serta memaksa mereka untuk menaati perintah Allah SWT. Seorang hamba tidak akan selamat kecuali bila ia menegakkan perkara Allah SWT pada dirinya dan pada orang-orang yang berada di bawah perwaliannya seperti istri, anak-anak, dan selain mereka.” (Tafsir al-Karimir Rahman, hlm. 874)
Ayat ini menunjukkan wajibnya suami mengajari anak-anak dan istri tentang perkara agama, kebaikan, serta adab yang dibutuhkan. Hal ini semisal dengan firman Allah SWT kepada Nabi-Nya :
“Perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam menegakkannya.” (Thaha: 132)
“Berilah peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat.” (asy-Syu’ara: 214)
Ini menunjukkan keluarga yang paling dekat dengan kita memiliki kelebihan dibandingkan lainnya dalam hal memperoleh pengajaran dan pengarahan untuk taat kepada Allah SWT. (Ahkamul Qur’an, 3/697)
Malik Ibnul Huwairits z mengabarkan, “Kami mendatangi Rasulullah  dan ketika itu kami adalah anak-anak muda yang sebaya. Lalu kami tinggal bersama beliau di Kota Madinah selama sepuluh malam. Kami mendapati beliau n adalah seorang yang penyayang lagi lembut. Saat sepuluh malam hampir berlalu, beliau menduga kami telah merindukan keluarga kami karena sekian lama berpisah dengan mereka. Beliau pun bertanya tentang keluarga kami, maka cerita tentang mereka pun meluncur dari lisan kami. Setelahnya beliau n bersabda:
 “Kembalilah kalian kepada keluarga kalian, tinggallah di tengah mereka dan ajari mereka, serta perintahkanlah mereka.” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 628 dan Muslim no. 674)
Dalam hadits di atas, Nabi  memerintahkan kepada sahabatnya untuk memberikan taklim (pengajaran) kepada keluarga dan menyampaikan kepada mereka ilmu yang didapatkan saat bermajelis dengan seorang alim.
Dengan penjelasan yang telah lewat, dapat dipahami bahwa seorang suami/ kepala rumah tangga harus memiliki ilmu yang cukup untuk mendidik anak istrinya, mengarahkan mereka kepada kebenaran, dan menjauhkan mereka dari penyimpangan.
Namun sangat disayangkan, kenyataan yang kita lihat banyak kepala keluarga yang melalaikan hal ini. Yang ada di benak mereka hanyalah bagaimana mencukupi kebutuhan materi keluarganya semata sehingga mereka tenggelam dalam perlombaan mengejar dunia, sementara kebutuhan spiritual tidak masuk dalam hitungan. Anak dan istri mereka hanya dijejali dengan harta dunia, bersenang-senang dengannya, namun bersamaan dengan itu mereka tidak mengerti tentang agama.
Paling tidak, bila seorang suami tidak bisa mengajari keluarganya, mungkin karena kesibukannya atau keterbatasan ilmunya, ia mencarikan pengajar agama untuk anak istrinya, atau mengajak istrinya ke majelis taklim, menyediakan buku-buku agama, kaset-kaset ceramah/taklim sesuai dengan kemampuannya, serta menganjurkan keluarganya untuk membaca/mendengarnya.

  1. Mendidik Istri
Memasuki masa-masa awal pernikahan, semestinya seorang suami telah merencanakan pendidikan agama bagi istrinya. Minimalnya ia mempunyai pandangan ke arah sana. Sebelum menjadi seorang ayah, semestinya ia telah menyiapkan istrinya untuk menjadi pendidik anak-anaknya kelak karena
 “Ibu adalah madrasah (sekolah) bagi anak-anaknya,” kata penyair Arab.
            Perlu juga diperhatikan bahwa mendapatkan pengajaran agama termasuk salah satu hak istri yang seharusnya ditunaikan oleh suami dan termasuk hak seorang wanita yang harus ditunaikan walinya. Namun pada praktiknya, hak ini seringkali tidak terpenuhi sebagaimana mestinya. Sehingga tepat sekali ucapan asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi‘i t yang membagi manusia menjadi tiga macam dalam mengurusi wanita:
 Pertama: Mereka yang melepaskan wanita begitu saja sekehendaknya, membiarkannya bepergian jauh tanpa mahram, bercampur-baur di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, di tempat kerja seperti kantor dan rumah sakit. Sehingga mengakibatkan rusaknya keadaan kaum muslimin.
 Kedua: Mereka yang menyia-nyiakan wanita tanpa taklim, membiarkannya seperti binatang ternak, sehingga tidak tahu sedikit pun kewajiban yang Allah SWT bebankan atasnya. Wanita seperti ini akan menjatuhkan dirinya kepada fitnah dan penyelisihan terhadap perintah-perintah Allah SWT, bahkan akan merusak keluarganya.
 Ketiga: Mereka yang memberikan pengajaran agama kepada wanita sesuai dengan kandungan Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena melaksanakan perintah Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (at-Tahrim: 6)
            setiap kalian akan ditanya/dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.”2 (Sahih, HR. al-Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829) [Nashihati lin Nisa’, Ummu ‘Abdillah al-Wadi’iyyah, hlm. 7—8]
Seorang istri perlu diajari tentang perkara yang dibutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, siang dan malamnya. Tentang tauhid, bahaya syirik, maksiat, dan penyakit-penyakit hati berikut pengobatannya. Rasulullah n sendiri menyediakan waktu khusus untuk mengajari para wanita. Abu Sa’id al-Khudri z mengisahkan tentang kedatangan seorang wanita kepada Rasulullah , lalu ia berkata,
            “Wahai Rasulullah! Kaum laki-laki telah pergi membawa haditsmu, maka berikanlah untuk kami satu hari yang khusus di mana kami dapat mendatangimu untuk belajar kepadamu dari ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.” Beliau pun bersabda, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan itu, di tempat ini (yakni beliau menyebutkan waktu dan tempat tertentu).” Hingga mereka pun berkumpul pada hari dan tempat yang dijanjikan untuk mengambil ilmu dari beliau sesuai dengan apa yang diajarkan Allah SWT kepada beliau. (Sahih, HR. al-Bukhari no. 101 dan Muslim no. 2633)
Bahkan istri-istri Rasulullah  “lahir” dari madrasah nubuwwah dan mereka menuai bekal ilmu yang banyak, terutama Ummul Mukminin Aisyah  yang besar dalam asuhan madrasah yang mulia ini. Sepeninggal suami mereka, Rasulullah n, mereka menjadi pendidik umat bersama dengan para sahabat yang lain. Semoga Allah SWT meridhai mereka.

  1. Gambaran Pengajaran Seorang Alim terhadap Keluarganya
Para pendahulu kita yang saleh (salafunash shalih) sangat mementingkan pendidikan agama bagi keluarga mereka. Di samping mereka berdakwah kepada umat di luar rumah, mereka juga tidak melupakan orang-orang yang berada dalam rumah mereka (keluarga). Tidak seperti kebanyakan manusia pada hari ini yang sibuk dengan urusan mereka di luar rumah sehingga melalaikan pendidikan istrinya.
            Bahkan sangat disayangkan hal ini juga menimpa keluarga da’i. Ia sibuk berdakwah kepada masyarakatnya sementara istrinya di rumah tidak mengerti tata cara shalat yang diajarkan oleh Nabi , tidak tahu cara menghilangkan najis, dan sebagainya. Yang lebih parah, istri atau anaknya tidak mengerti tentang tauhid dan syirik3. Bandingkan dengan apa yang ada pada salaf!
            Lihatlah keluarga al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani t. Beliau demikian bersemangat menyebarkan ilmu di tengah keluarga dan kerabatnya sebagaimana semangatnya menyampaikan ilmu kepada orang lain. Kesibukan beliau dalam dakwah di luar rumah dan dalam menulis ilmu tidaklah melalaikan beliau untuk memberi taklim kepada keluarganya. Dari hasil pendidikan ini, lahirlah dari keluarga beliau orang-orang yang terkenal dalam ilmu, khususnya ilmu hadits, seperti saudara perempuannya, Sittir Rakb bintu ‘Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Hajar al-’Asqalani, istrinya Uns bintu al-Qadhi Karimuddin Abdul Karim bin ‘Abdil ‘Aziz, putrinya Zain Khatun, Farhah, Fathimah, ‘Aliyah, dan Rabi’ah. (Inayatun Nisa’ bil Haditsin Nabawi, hlm. 126—127)
            Lihat pula bagaimana Sa’id Ibnul Musayyab  membesarkan dan mengasuh putrinya dalam buaian ilmu. Hingga ketika menikah, suaminya mengatakan ia mendapati istrinya adalah orang yang paling hafal dengan kitabullah, paling mengilmuinya, dan paling tahu tentang hak suami. (al-Hilyah, 2/167—168, as-Siyar, 4/233—234)
Demikian pula kisah keilmuan putri al-Imam Malik t. Dengan bimbingan ayahnya, ia dapat menghafal al-Muwaththa’ karya sang Imam. Bila ada murid al-Imam Malik membacakan al-Muwaththa’ di hadapan beliau, putrinya berdiri di belakang pintu mendengarkan bacaan tersebut. Hingga ketika ada kekeliruan dalam bacaan ia memberi isyarat kepada ayahnya dengan mengetuk pintu. Maka ayahnya (al-Imam Malik) pun berkata kepada si pembaca, “Ulangi bacaanmu, karena ada kekeliruan.” (Inayatun Nisa’, hlm. 121)
Perhatian pendahulu kita rahimahumullah terhadap pendidikan keluarganya ternyata juga kita dapatkan dari ulama yang hidup di zaman kita ini, seperti asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi‘i t. Dalam sehari, beliau menyempatkan waktu untuk mengajari anak-istrinya tentang perkara-perkara agama yang mereka butuhkan, hingga mereka mapan dalam ilmu dan dapat memberi faedah kepada saudara mereka sesama muslimah dalam majelis yang mereka adakan atau dari karya tulis yang mereka hasilkan.








Daftar Pustaka